Salah satu indikator dari keberhasilan kepemimpinan seorang kepala sekolah (kepsek) diukur dari mutu pendidikan sekolah yang dipimpinnya. Dalam ranah pendidikan, mutu ini meliputi input, proses pembelajaran, kemudian output pendidikan.

Hal inilah yang terus dilakukan oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (Dikdasmen PWM DIY) menyelenggarakan agenda rutin berupa pembinaan sekaligus evaluasi kepada kepala sekolah Muhammadiyah jenjang SMA/SMK/MA/SLB se-DIY. Kegiatan tersebut berlangsung di Aula PWM pada Kamis, (29/12).

Dr. Achmad Muhamad, M.Ag. selaku Ketua Majelis Dikdasmen menyampaikan bertepatan dengan akhir tahun 2022 sekaligus akhir semester gasal tahun ajaran 2022/2023 menjadi momentum untuk evaluasi. “Tidak hanya evaluasi individu masing-masing tetapi juga secara kelembagaan. Terkait apa saja yang sudah berhasil kita raih selama semester ini, kemudian bagian mana yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan.”.

Sehingga, evaluasi kali ini menjadi penting untuk dilaksanakan, kata Achmad, untuk menyongsong tahun ajaran semester genap, terutama tentang proses pembelajaran di sekolah yang menjadi kata kunci sekolah unggul. “Profesionalitas dan komitmen sebagai kepala sekolah termasuk tenaga pendidik (tendik) harus selalu ditingkatkan, jika kemarin masih ada yang sering bolos, kurang disiplin atau terlambat untuk bisa saling mengingatkan. Termasuk jika selama ini kinerjanya dirasa kurang karena alasan tertentu mari dicari solusinya bersama, jangan sampai dipaksakan. Sehingga pada semester genap kita sudah betul-betul siap,” himbau Achmad.

Ia mengingatkan kepada semuanya, selama proses pembelajaran semester genap yang sudah berjalan jangan sampai siswa merasa dirugikan. “Misalnya bisa saling kerja sama dengan perguruan tinggi melalui mahasiswa yang praktek, dan metode lainnya yang bisa menjadi solusi. Dan terpenting jangan sampai proses pembelajaran malah menurun, guru hadir hanya memberi tugas dan lainnya, seolah-olah tidak ada proses belajar sama sekali,”.

Agenda dilanjutkan materi pembinaan yang disampaikan oleh Prof. Dr. Tasman Hamami, M.A. ketua bidang pendidikan bertajuk “The Importance of Change in Education”. Ia menyampaikan dalam melakukan perubahan, pastinya ada tantangan dan musuh paling berat adalah adanya penolakan yang bermacam-macam bentuknya.

“Banyak masalah dalam proses melakukan perubahan, yang paling sering dan menonjol adalah penolakan atas perubahan itu sendiri atau resistance to change. Ada 2 tipe penolakan, yakni secara langsung eksplisit dan implisit,” paparnya. 

Prof. Tasmani menjelaskan, penolakan secara langsung terlihat atau eksplisit bisa berupa mengajukan protes, ancaman mogok kerja, dan demonstrasi. Sedangkan secara implisit, bisa dilihat dari loyalitas terhadap organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, dan juga kesalahan dalam kerja meningkat.

Terakhir, Ia memaparkan terkait proses perubahan yang dilakukan dalam meningkatkan pendidikan. Pertama, melalui cultural transmission. Mentransmisikan nilai-nilai fundamental, norma, dan keterampilan yang dilakukan secara berkesinambungan. Kedua, social renewal yaitu memungkinkan kritik sosial dan pengembangan untuk kehidupan yang lebih baik. (guf)