YOGYAKARTA – Jabatan kepala sekolah/madrasah Muhammadiyah bukan sekadar urusan administratif, melainkan amanah dari Allah melalui Persyarikatan yang sarat dengan ujian tanggung jawab spiritual dan moral.

Hal itu disampaikan Ketua Majelis Dikdasmen dan Pendidikan Nonformal (PNF) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Achmad Muhamad, M.Ag., dalam pembinaan rutin Kepala SMA/SMK/MA/SLB Muhammadiyah se-DIY.

Achmad mengingatkan, janji yang diucapkan saat pelantikan akan diuji melalui berbagai tantangan, baik dari guru, siswa maupun dinamika sehari-hari. Selaras dengan, Q.S. Al-‘Ankabut ayat 2–3 yang menegaskan bahwa setiap pengakuan iman pasti akan diuji Allah Swt.

“Ayat ini menjadi pengingat bahwa keimanan dan amanah kepemimpinan tidak cukup diucapkan, tetapi harus dibuktikan melalui tindakan nyata dalam menjalankan tugas sehari-hari,” jelasnya di Aula PWM DIY, Senin (28/10).

Tertib Mengikuti Aturan Allah dan Muhammadiyah

Menjadi kepala sekolah/madrasah Muhamamdiyah adalah amanah dari Allah melalui Persyarikatan. Sebab itu, Achmad mengingatkan, pentingnya menjadi pemimpin yang tidak hanya tertib secara administratif, tetapi juga bertanggung jawab secara moral kepada Allah dan Muhammadiyah.

“Dengan mengikuti aturan Allah, Rasul, dan Persyarikatan, maka Allah menjanjikan ketenangan, kenikmatan, keutamaan dan balasan terbaik. Jangan mudah galau, karena setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, selama berpegang pada nilai-nilai Islam dan kebijakan Muhammadiyah,” ucapnya, merujuk Q.S. Al-Hujurat ayat 17–18.

Kepemimpinan yang baik, kata Achmad, harus dibangun dengan semangat pembinaan dan empati, bukan sekadar instruksi. Serta memiliki sikap optimis dan bersyukur dalam menghadapi berbagai kondisi di lingkungan sekolah/madrasah.

“Relasi kepala sekolah dengan guru maupun peserta didik itu seperti pembina dan keluarga. Kalau ada guru yang keliru, dekati dengan empati, jangan justru dijadikan masalah yang dibawa ke luar sekolah,” pesannya.

Menutup pembinaan, Achmad mengajak, agar terus menjaga relevansi spiritual dalam kehidupan sehari-hari dengan menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber inspirasi dan refleksi diri, serta meneladani tokoh-tokoh Islam.

“Kalau kehilangan relevansi spiritual dan moral, kehilangan semangat keteladanan, maka apa yang bisa dibanggakan di hadapan Allah Swt.” pungkasnya. (guf)