Dikdasmen PNF DIY, Yogyakarta – Selasa, 11 Juni 2024, SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta (Muhdasa) mengadakan “Stadium General”. Kegiatan ini sebagai salah satu bentuk peningkatan motivasi bagi guru dan tenaga pendidik (tendik) SMP Muhdasa. Hadir selaku narasumber yakni Prof. H. Suyanto, Ph.D. Rektor UNY Periode 1999-2006 dan menjadi Wakil Ketua Majelis Dikti PP Muhammadiyah. 

Stadium General dibuka oleh Ibu Esti Priyantini, S.S, M.Pd.B.I selaku Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Acara berjalan lancar dengan diikuti oleh seluruh guru dan tendik SMP Muhdasa dari pukul 09.00 hingga 11.00 WIB. Mereka mengikuti kegiatan ini dengan antusias dan interaktif pada sesi tanya jawab. Salah satunya terntang fenomena pendidikan di masa kini dan cara menghadapinya.

guru dan tenaga pendidik SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta saat mengikuti stadium general (dok. istimewa)

guru dan tenaga pendidik SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta saat mengikuti stadium general (dok. istimewa)

Dalam pemaparannya, Prof. Suyanto menyampaikan beberapa poin. Pertama, sekolah harus bisa mengidentifikasi bakat anak-anak, dibantu komunikasi dengan orang tua. Mencontoh kisah dari Putri Ariani yang sudah berbakat tetapi masih mempelajari keahlian yang lain, seperti bermain suling. Tujuannya untuk menyempurnakan kemampuannya atau bakatnya dalam bermusik.

Kedua, dengan adanya peran orang tua, anak bisa jadi mandiri dan terbiasa untuk survive, karena dengan begitu anak bisa mengandalkan diri sendiri. Dalam mendidik anak, harusnya orang tua bisa membentuknya untuk menjadi petarung.

Dan poin Tiga adalah melakukan 4 (empat) strategi kurikulum yaitu kembali pada tujuan sekolah, pengalaman apa yang harus diberikan, melakukan pengorganisasian pengalaman atau bagaimana pengalaman itu diorganisasikan dan, mengorganisasikan pengalaman (evaluasi). “Kita harus belajar dari pengalaman. Dengan adanya pengalaman, siswa memiliki keterlibatan sehingga melekat dalam memorinya (pendekatan konstruktivis),” ujar Prof. Suyanto.

Lebih lanjut, Prof. Suyanto menilai sekolah-sekolah di Indonesia kurang melatih siswanya untuk mahir menulis. “Semestinya, anak-anak bisa dilatih untuk berimajinasi sehingga mudah dalam menyalurkannya ke dalam bentuk tulisan. Pertanyaan pemantik juga diperlukan dalam suatu pembelajaran, kenapa? Sebab, itulah cara memancing anak dalam berpikir kritis,” jelasnya.

Di akhir, Prof. Suyanto, mengingatkan bahwa branding bagi institusi (sekolah) itu penting. Ia mengakui bahwa Muhammadiyah bagus dalam mem-branding. “Jadi memang harus mahal untuk membantu pihak yang kurang mampu. Dan sekolah yang bagus adalah sekolah yang berprogres (ada peningkatan) ditunjukkan dengan mengembangkan talenta anak,” tutupnya.

(Tim Media-Muhdasa)