YogyakartaMajelis Pendidikan Dasar dan Menengah dan Pendidikan Non-Formal (Dikdasmen PNF) PWM DIY bersama Marshall Cavendish Education (MCE) sukses menggelar pelatihan intensif penggunaan AI Scribo untuk para pendidik. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari, pada Selasa-Rabu, 8-9 Juli 2025 dan diikuti para guru dari jenjang SD/SMP/SMA/SMK se-DIY.

Fokus utama pelatihan adalalah pengenalan AI Scribo di berbagai bidang studi. Tujuannya untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) ke dalam kurikulum sekolah Muhammadiyah guna menciptakan lingkungan belajar yang siap menghadapi masa depan.

Pelatihan hari pertama berlangsung di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Para guru dilatih menggunakan AI matematika untuk jenjang SD, dan juga penggunaan AI untuk literasi bagi guru nonbahasa Inggris. Pada hari kedua, pelatihan dilanjutkan di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta, dengan penggunaan AI bagi guru bahasa Inggris dan guru matematika jenjang SMP/SMA/SMK.

Tri Turturi Farah Meswari, Regional Director Southeast Asia, MCE, menyampaikan bahwa pelatihan selama dua hari tersebut memang fokus pada mengenalkan AI untuk pendidikan (AI for education) untuk berbagai bidang studi. Menurutnya, penggunaan AI dalam pendidikan sangat sejalan dengan konsep deep learning yang digagas oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Republik Indonesia.

“Dengan integrasi AI ini bisa melihat sampai sejauh mana kedalaman siswa di dalam memahami konsep yang sudah diajarkan oleh gurunya,” tutur Tri saat ditemui usai pelatihan, Rabu, 9/7.

Tri menegaskan tujuan utama pelatihan intensif tersebut agar sekolah-sekolah Muhammadiyah, baik guru dan siswa, lebih siap untuk menjadi sekolah masa depan. Sehingga bisa berkolaborasi dan mengintegrasikan penggunaan teknologi kecerdasan artifisial ini ke dalam pembelajaran.

“Sekali lagi, hal ini sangat sejalan dengan arahan pemerintah yang memang ingin agar kecerdasan artifisial ini diintegrasikan dalam kurikulum,” imbuhnya.

Setelah program dua hari ini, lanjut Tri, akan ada pendampingan secara melekat, terutama di 3 bulan pertama. Pihaknya memastikan lewat pendampingan berkelanjutan agar para guru tidak merasa terbebani dengan menggunakan AI, tetapi bisa menikmati penggunaan AI dalam kurikulum.

“Jadi kita akan mendampingi, kita akan pastikan mereka bisa memanfaatkan AI ini secara maksimal dalam proses pembelajaran dan pengajaran,” pungkasnya.