Yogyakarta – Majelis Pendidikan Dasar, Menengah dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen PNF) PWM DIY kembali menggelar silaturahmi dan pembinaan rutin bulanan bersama Kepala SMA/SMK/MA/SLB Muhammadiyah se-DIY. Kegiatan yang berlangsung pada Senin (25/8/2025) di Aula PWM DIY ini dihadiri secara langsung oleh Wakil Ketua PWM DIY bidang Dikdasmen PNF, Gita Danu Pranata, S.E., M.M.

Ketua Majelis Dikdasmen PNF PWM DIY, Achmad Muhamad, M.Ag., dalam pengantarnya menegaskan pentingnya penyamaan visi pengelolaan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di bidang Pendidikan. Ia menekankan bahwa keberhasilan kepemimpinan sekolah/madrasah diukur dari strategi pencapaian yang disusun berdasarkan refleksi dan evaluasi tahun sebelumnya.

Sehingga, kata Achmad, berbagai aturan dan kebijakan itu menjadi rambu untuk bisa meraih kesuksesan tanpa melanggar aturan, dan bukan menjadi pembatas dalam berkreativitas dan berinovasi.

“Kita harus bisa meraih keberhasilan tanpa harus melanggar aturan. Kreativitas dan inovasi boleh dilakukan, tapi tetap dalam koridor yang benar. Kuncinya ada pada komunikasi yang baik dan transparansi,” tegasnya.

Terutama dalam penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), Achmad mengingatkan agar dibuat dengan teliti, tidak tumpang tindih, dan sesuai kebutuhan. “RKAS harus rasional dan realistis. Jangan sampai program terduplikasi lalu pelaporannya bermasalah,” tegasnya.

Melalui silaturahmi ini, Achmad berharap bisa terus menyamakan visi dan meningkatkan semangat dalam ikhtiar mengelola amanah Persyarikatan. “Bagimanapun juga, dan siapapun pasti punya harapan dan cita-cita, termasuk kita semua yang ingin meraih keberhasilan dalam mejalankan sekolah/madrasah Muhamamdiyah,” tutupnya.

Lebih lanjut, dalam sesi pembinaan disampaikan Wakil Ketua PWM DIY bidang Dikdasmen Pnf, Gita Danupranata, S.E., M.M. Ia mengangkat tema tentang pentingnya wasathiyah atau moderasi dalam beragama dan berorganisasi. Menurutnya, wasathiyah adalah posisi tengah yang menghindarkan dari sikap berlebih-lebihan (ghuluw) maupun kebebasan tanpa batas (liberal).

 “Islam wasathiyah itu tidak ekstrem kanan maupun kiri. Prinsip ini harus diwujudkan dalam kepemimpinan kepala sekolah Muhammadiyah, baik dalam tata kelola maupun pembinaan ideologi warga sekolah,” jelasnya Gita.

Dalam materinya, Gita menekankan tiga pendekatan penting dalam beragama, yaitu bayani (teks), burhani (rasionalitas), dan irfani (pengalaman spiritual). Gita mengatakan bahwa ketiganya harus berjalan seimbang agar pendidikan Muhammadiyah melahirkan generasi berkemajuan.

Ia juga menyinggung realitas bahwa tidak semua murid dan orang tua berlatar belakang Muhammadiyah. Karena itu, pendekatan mu’amalah menjadi penting.

“Guru dan kepala sekolah memang wajib memahami HPT (Himpunan Putusan Tarjih). Namun untuk murid dan orang tua, pendekatannya melalui mu’amalah. Dengan cara itu, sekolah tetap bisa inklusif dan diterima masyarakat luas,” pungkasnya. (guf)