Yogyakarta – Ketua Majelis Pendidikan Dasar, Menengah dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen PNF) PWM DIY, Achmad Muhamad, M.Ag, menyampaikan empat perspektif fundamental yang harus dipegang dalam mengelola Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), khususnya sekolah/madrasah Muhamamdiyah.
Hal itu disampaikan dalam agenda Penguatan Leadersip Kepala SMP/MTs Muhammadiyah bertema “Kolaborasi, Sosial Emosi, dan Inovasi untuk Sekolah/Madrasah Unggul Berkemajuan” pada Sabtu, (2-8-2025) di Kaliurang.
Pertama adalah Perspektif Kemanfaatan Umat. Achmad menekankan, dalam mengelola AUM harus berorientasi pada kemanfaatan. Menurutnya, siapapun yang memimpin Persyarikatan harus memiliki keyakinan yang sama.
“Muhammadiyah itu hadir bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk kemanfaatan bagi umat. Kita mengelola amal usaha itu juga bukan untuk kita, bukan untuk sekolah atau kepala majelis, tapi untuk menghadirkan kemanfaatan bagi umat, bangsa, dan kemanusiaan universal,” jelasnya.
Perspektif kedua adalah Muktamirin (peserta Muktamar), artinya menjadikan kebijakan persyarikatan sebagai ruh dalam pengelolaan amal usaha. Achmad mengingatkan, kebijakan Persyarikatan harus menjadi ruh dalam pengelolaan amal usaha, sehingga yang diberi amanah didorong untuk berinovasi dan berkreativitas tanpa batas untuk mencapai visi Muhammadiyah.
Achmad meyakini tidak ada kebijakan Persyarikatan yang justru menghambat pengembangan amal usaha. “Saya yakin tidak ada aturan-aturan Muhammadiyah yang kemudian justru menghambat kemajuan sekolah/madrasah kita,” tegasnya.
Perspektif ketiga menekankan pentingnya proses kerja yang benar. Achmad menjelaskan, konsep transformasi dalam visi pendidikan dasar menengah Muhammadiyah itu perubahan ke arah yang lebih baik.
“Dalam Islam diajarkan istiqomah. itu seperti grafik yang terus naik, ada sumbu waktu dan sumbu mutu, semakin lama semakin baik. Kalau datar bukan istiqomah, itu istirahat,” ujarnya.
Perspektif keempat adalah hasrat untuk berkembang. Achmad menyampaikan, semua warga sekolah/madrasah Muhammadiyah harus memiliki hasrat untuk berkembang dan mencapai potensi terbaiknya.
“Semua sekolah/madrasah Muhammadiyah harus berorientasi unggul. Ada gradasi Unggul Utama, Unggul Madya, dan Unggul Pratama, tapi semua harus punya visi dan orientasi sekolah yang unggul,” ucap Achmad.
Setidaknya, ada lima aspek pengembangan yang harus diperhatikan dalam sistem gerakan yaitu soliditas dan kebersamaan, organisasi dan kepemimpinan, jaringan, sumber daya, dan aksi layanan.
“Dalam ikhtiar transformasi, apakah pengembangan sekolah/madrasah kita sudah bergerak dalam sistem gerakan yang solid? Sudah mau berkolaborasi atau belum,” pungkasnya. (guf)