Bantul – Mereka adalah Galih Saputra dan Sirojul Hikmah, salah satu peserta Calon Inkubasi Saudagar Muda Muhammadiyah (ICSMM) #2. Siswa SMK Muhammadiyah 1 Bambanglipuro yang mengembangkan usaha kreatif bernama “Woodcut Puzzle”. Dengan sentuhan kreatif, limbah kayu mebelair itu diolah menjadi produk edukatif nan estetik yang bernilai jual.

Tidak sekadar mengurangi limbah kayu, produk Woodcut Puzzle menawarkan nilai lebih bagi penggunanya. Potongan-potongan kayu yang disusun menjadi puzzle bisa dimainkan untuk mengasah otak, sekaligus memiliki fungsi estetik sebagai dekorasi maupun pajangan.

“Selain ramah lingkungan, produk dari Woodcut Puzzle juga bermanfaat untuk melatih daya pikir dan bisa dijadikan hiasan rumah,” tutur Supri Handoko, S.Pd., selaku guru pendamping, pada Kamis (21/8).

Supri mengungkapkan, ide usaha tersebut lahir dari keseharian Galih, sapaan akrabnya, yang terbiasa membantu orang tuanya di usaha mebel.

“Orang tua Galih punya usaha mebel, jadi di rumahnya banyak limbah kayu. Karena lingkungannya mendukung dan siswa ini terbiasa membantu orang tuanya, akhirnya dia juga punya keterampilan mengolah limbah menjadi kerajinan,” jelasnya.

Dalam usaha ini, Galih berfokus pada produksi, sementara Sirojul membantu pengelolaan media sosial, pemasaran, serta presentasi. “Galih kurang bisa IT dan presentasi, jadi kami satukan dengan Sirojul. Dengan begitu keduanya saling melengkapi,” terang Supri.

Melihat potensi siswanya, pihak sekolah pun memberikan ruang untuk mengembangkan bakat tersebut. Dukungan itu diwujudkan dengan mengikutsertakan dalam berbagai ajang perlombaan.

“Kita bina sejak kelas XI sampai sekarang kelas XII. Anaknya terus kita dorong untuk berproduksi. Sekolah juga mendorong dengan mengikutsertakan anak dalam lomba kreativitas dan kewirausahaan. Dengan begitu, keterampilan yang dimiliki bisa semakin terasah dan memberi pengalaman berharga bagi mereka,” imbuh Supri.

Berbuah manis, usaha mereka sukses menyabet juara I kategori Pengembangan Usaha dalam ajang Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) Jenjang SMK Tingkat Provinsi DIY Tahun 2025.

Supri menambahkan, produk Woodcut Puzzle telah dipasarkan lewat toko online dan sering diikutsertakan dalam pameran. Meski begitu, ia menilai bahwa aspek pemasaran masih menjadi tantangan utama.

“Sebagian produk sudah terjual, tetapi jumlahnya masih terbatas. Sehingga kami berupaya mendorong untuk proses pemasaran,” ujarnya.

Melalui program Inkubasi Saudagar Muda Muhammadiyah (ICSMM) ini, pihaknya juga berharap, Woodcut Puzzle dapat berkembang lebih professional dan produknya bisa menembus pasar yang lebih luas.

“Dengan mengikuti program ICSMM ini, kami berharap peralatan produksi bisa lebih lengkap sehingga anak-anak dapat lebih leluasa berkreasi. Selain itu, mereka juga pandai menghitung harga jual dan lebih percaya diri dengan produk yang mereka hasilkan,” harap Supri. (guf)