Yogyakarta – Ketua Majelis Pendidikan Dasar, Menengah, dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen PNF) PWM DIY menekankan pentingnya tiga kesadaran utama yang harus dibangun setiap guru Muhammadiyah. Hal ini disampaikan dalam pelatihan Wakil Kepala (Waka) Bidang, Bendahara, dan Kepala Tata Usaha (KTU).

Adapun tiga kesadaran tersebut berpijak pada doa yang diriwayatkan oleh Mu’adz bin Jabal: “Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatik” yang artinya “Ya Allah, bantulah aku untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu.”

“Melalui doa ini, kita memohon untuk tiga hal, yaitu berzikir (mengingat Allah), bersyukur, dan berbuat ihsan dalam segala hal, sebagai bentuk penghambaan kepada Allah,” ucap Achmad Muhamad, M.Ag., di Ruang Aula Utama PWM DIY pada Jumat siang (11/7/2025).

Pertama, kesadaran sebagai hamba Allah dan khalifatullah. Berzikir bukan semata membaca lafal-lafal kebaikan, melainkan makna berkesadaran. “Apapun tugas dan peran kita tidak lepas dari semangat beribadah kepada Allah dan menghadirkan kemakmuran bagi kehidupan di atas muka bumi ini,” tegas Achmad.

Ketua Majelis Dikdasmen PNF PWM DIY, Achmad Muhamad, M.Ag

Kedua, kesadaran sebagai bagian dari warga Muhammadiyah. Sebab itu, dalam mengelola pendidikan Muhammadiyah harus berpedoman pada kaidah dan kebijakan Persyarikatan.

“Dan tidak kalah pentingnya adalah kesadaran bahwa profesi guru itu melekat. Sehingga tidak terbatas di lingkungan sekolah, tetapi juga melekat di masyarakat. Maka yang diharapkan seorang guru bisa menjadi teladan (digugu dan ditiru). Bagi anak-anak, guru adalahh seorang pahlawan yang mengantarkan mereka pada keberhasilan dan kesuksesan,” jelas Achmad.

Bagi Achmad, kontribusi guru merupakan wujud syukur. Dengan bersyukur, akan melahirkan jiwa yang melimpah, mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain, kehidupan, dan peradaban manusia.

“Seorang guru akan bermakna ketika ia mengajarkan kebaikan dan inspirasi kepada anak-anak. Seorang guru juga akan bermakna ketika ia memberikan kontribusi bagi kesuksesan anak-anak dan kemajuan pendidikan pada umumnya,” imbuhnya.

Ketiga adalah ihsan. Achmad menerangkan bahwa ihsan tidak hanya terbatas pada ibadah ritual, tetapi mencakup semua dimensi pengabdian kepada Allah. Termasuk dalam menjalankan fungsi dan peran seorang guru yang menghadirkan kebahagiaan dan kegembiraan.

“Pembelajaran yang tidak diskriminatif, tanpa kekerasan, dan mampu membangkitkan semangat belajar anak-anak adalah implementasi dari ihsan,” tutup Achmad. (guf)